Kamis, 30 Maret 2017

Sistem Kendali Jembatan Otomatis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Mechatronics adalah kata baru yang lahir di Jepang pada awal tahun 1970an yang merupakan gabungan antara 2 kata yaitu mechanics dan electronics. Sekarang kita sering melihat di sekeliling kita barang-barang mekatronik seperti robot, mesin bubut NC, kamera dijital, printer dan lain sebagainya.
Persamaan dari barang-barang mekatronik ini adalah bahwa objek yang dikendalikan adalah gerakan mesin. Jika dibandingkan dengan gerakan mesin konvensional maka gerakan mesin tersebut lebih bersifat fleksibel dan lebih memiliki kecerdasan. Hal ini dimungkinkan karena memanfaatkan kemajuan iptek micro-electronics.
Yang berarti, dengan bantuan micro-electronics mesin dapat bergerak dengan lebih cerdas. Jika seseorang memberikan sebuah perintah, lalu semua dapat dipasrahkan ke mesin yang dapat bergerak secara otomatis. Ini sangat membantu menciptakan mesin atau alat yang praktis dan mudah digunakan. Sehingga sumber daya pada manusia seperti waktu dan otak dapat dipakai untuk pekerjaan yang lain untuk lebih menciptakan nilai tambah.
Latar belakang lahirnya mekatronik dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu: sudut pandang sumber daya atau bibit dan sudut pandang kebutuhan atau permintaan.
Dari sudut pandang bibit sedikitnya ada 3 buah bibit yang mendorong lahirnya mekatronik yaitu:
(1) lahirnya device 4 bit pada tahun 1971 yang berkembang dengan pesat menjadi mikro-prosesor yang memiliki kemampuan yang semakin tinggi dan harga yang semakin rendah, (2) lahirnya motor listrik ukuran kecil yang memiliki torsi besar yang menggunakan permanen magnet rear-earth yang merupakan hasil sampingan program litbang luar angkasa NASA, dan (3) hasil-hasil teori kendali dijital.
Dari sudut pandang kebutuhan sedikitnya ada 2 buah tarikan kebutuhan yaitu:
(1) pada awal lahirnya mekatronik terdapat tarikan kebutuhan dari konsumen terhadap adanya sistem produksi yang mampu menjawab kebutuhan dengan tipe yang beraneka ragam dalam jumlah yang sedikit - sedikit, dan
(2) tarikan kebutuhan akan barang-barang atau alat-alat pemroses informasi yang memiliki kecepatan tinggi dengan dimensi kecil untuk menjawab berkembangan masyarakat informasi yaitu masyarakat dimana peranan informasi menjadi semakin penting.
2.1    Batasan Masalah
Untuk menentukan arah pembuatan project yang baik, ditentukan batasan masalah sebagai berikut:
1.2.1        Project ini didasarkan pada sistem kendali jembatan.
1.2.2        Input menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04.
1.2.3        Output menggunakan servo untuk membuka jembatan.
1.2.4        Display jarak bisa dilihat pada LCD 16x2 dengan tambahan LED untuk rambu - rambu lalu lintas.
1.3    Tujuan
Adapun tujuan pembuatan project adalah:
1.3.1        Mengerti sistem kendali pada jembatan.
1.3.2        Mengetahui dan memahami program arduino untuk sistem kendal jembatan.
1.3.3        Mengerti instalasi pemasangan sistem dari arduino ke akuator dan komponen – komponen lainnya.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Gambaran Umum Sistem
Dari mini project yang kami buat yaitu sistem kendali pada jembatan dimana ketika kapal laut pada jarak 10 cm dari sensor ultrasonik HC-SR04 maka servo akan bergerak pada posisi nol derajat seolah – olah jembatan menganggat supaya kala laut bisa lewat  dengan aman.

2.2    Komponen
2.2.1             Arduino UNO
Arduino adalah sebuah papan (board) rangkaian elektronik yang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang bersifat open source. Perangkat lunaknya bersifat open source dimana source code Arduino dapat disesuaikan dan dikembangkan dengan kebutuhan perograman para penggunanya. Bentuk dari board Arduino dapat dilihat pada Gambar Komponen Arduino berikut ini :
Gambar 2.1.1 : Komponen Arduino
2.1.1             HC SR04
Sensor HC-SR04 adalah sensor pengukur jarak berbasis gelombang ultrasonik. Prinsip kerja sesnsor ini pirip dengan radar ultrasonik. Gelombang ultrasonik di pancarkan kemudian di terima balik oleh receiver ultrasonik. Jarak antara waktu pancar dan waktu terima adalah representasi dari jarak objek. Sensor ini cocok untuk aplikasi elektronik yang memerlukan deteksi jarak termasuk untuk sensor pada robot.
Sensor HC-SR04 adalah versi low cost dari sensor ultrasonic PING buatan parallax. Perbedaaannya terletak pada pin yang digunakan. HC-SR04 menggunakan 4 pin sedangkan PING buatan parallax menggunakan 3 pin. Pada Sensor HC-SR04 pin trigger dan output diletakkan terpisah. Sedangkan jika menggunakan PING dari Parallax pin trigger dan output telah diset default menjadi satu jalur. Tidak ada perbedaaan signifikan dalam pengimplementasiannya. Jangkauan karak sensor lebih jauh dari PING buatan parllax, dimana jika ping buatan parllax hanya mempunyai jarak jangkauan maksimal 350 cm sedangkan sensor HC-SR04 mempunyai kisaran jangkauan maksimal 400 - 500cm.
Spesifikasi:
·       Jangkauan deteksi: 2cm sampai kisaran 400 -500 cm.
·       Sudut deteksi terbaik adalah 15 derajat.
·       Tegangan kerja 5V DC.
·       Resolusi 1cm.
·       Frekuensi Ultrasonik 40 kHz.
·       Dapat dihubungkan langsung ke kaki mikrokontroler.
Gambar 2.1.1 : Sistem Kerja Sensor Jarak
2.1.2             LCD 16 x 2
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan diberbagai bidang misalnya alal–alat elektronik seperti televisi, kalkulator, atau pun layar komputer. Pada postingan aplikasi LCD yang dugunakan ialah LCD dot matrik dengan jumlah karakter 2 x 16. LCD sangat berfungsi sebagai penampil yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan status kerja alat.
Adapun fitur yang disajikan dalam LCD ini adalah :
·      Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris.
·      Mempunyai 192 karakter tersimpan.
·      Terdapat karakter generator terprogram.
·      Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.
·      Dilengkapi dengan back light. 
Gambar 2.1.2.1 :  Bentuk Fisik LCD 16 x 2


Spesifikasi LCD dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Cara Kerja LCD Secara Umum
Pada aplikasi umumnya RW diberi logika rendah “0”. Bus data terdiri dari 4-bit atau 8-bit. Jika jalur data 4-bit maka yang digunakan ialah DB4 sampai dengan DB7. Sebagaimana terlihat pada table diskripsi, interface LCD merupakan sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang ditampilkan sepanjang 8-bit dikirim ke LCD secara 4-bit atau 8 bit pada satu waktu. Jika mode 4-bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8-bit (pertama dikirim 4-bit MSB lalu 4-bit LSB dengan pulsa clock EN setiap nibblenya). Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa mikrokontroller mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD program harus menset EN ke kondisi high “1” dan kemudian menset dua jalur kontrol lainnya (RS dan R/W) atau juga mengirimkan data ke jalur data bus.
Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset ke “0” dan tunggu beberapa saat (tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali ke high “1”. Ketika jalur RS berada dalam kondisi low “0”, data yang dikirimkan ke LCD dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar, posisi kursor dll). Ketika RS dalam kondisi high atau “1”, data yang dikirimkan adalah data ASCII yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf “A” pada layar maka RS harus diset ke “1”. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low (0) saat informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD. Apabila R/W berada dalam kondisi high “1”, maka program akan melakukan query (pembacaan) data dari LCD. Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD status (membaca status LCD), lainnya merupakan instruksi penulisan. Jadi hampir setiap aplikasi yang menggunakan LCD, R/W selalu diset ke “0”. Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur (tergantung mode yang dipilih pengguna), DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5, DB6 dan DB7. Mengirim data secara parallel baik 4-bit atau 8-bit merupakan 2 mode operasi primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan mode operasi merupakan hal yang paling penting.
Mode 8-bit sangat baik digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data). Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7-bit (3 pin untuk kontrol, 4 pin untuk data). Bit RS digunakan untuk memilih apakah data atau instruksi yang akan ditransfer antara mikrokontroller dan LCD. Jika bit ini di set (RS = 1), maka byte pada posisi kursor LCD saat itu dapat dibaca atau ditulis. Jika bit ini di reset (RS = 0), merupakan instruksi yang dikirim ke LCD atau status eksekusi dari instruksi terakhir yang dibaca. untuk gambar skematik LCD 16x2 adalah sebagai  berikut:

Gambar 2.1.2.3 :  Skematik LCD


2.1.3             SERVO
Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor. motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian gear, rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear yang melekat pada poros motor DC akan memperlambat putaran poros dan meningkatkan torsi motor servo, sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat motor berputar berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo.
Penggunaan sistem kontrol loop tertutup pada motor servo berguna untuk mengontrol gerakan dan posisi akhir dari poros motor servo. Penjelasan sederhananya begini, posisi poros output akan di sensor untuk mengetahui posisi poros sudah tepat seperti yang di inginkan atau belum, dan jika belum, maka kontrol input akan mengirim sinyal kendali untuk membuat posisi poros tersebut tepat pada posisi yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya mengenai sistem kontrol loop tertutup, perhatikan contoh sederhana beberapa aplikasi lain dari sistem kontrol loop tertutup, seperti penyetelan suhu pada AC, kulkas, setrika dan lain sebagainya. Motor servo biasa digunakan dalam aplikasi-aplikasi di industri, selain itu juga digunakan dalam berbagai aplikasi lain seperti pada mobil mainan radio kontrol, robot, pesawat, dan lain sebagainya.
Gambar 2.1.3.1 : Servo Standard


Gambar 2.1.3.2 : Komponen Servo Standard

Ada dua jenis motor servo, yaitu motor servo AC dan DC. Motor servo AC lebih dapat menangani arus yang tinggi atau beban berat, sehingga sering diaplikasikan pada mesin-mesin industri. Sedangkan motor servo DC biasanya lebih cocok untuk digunakan pada aplikasi-aplikasi yang lebih kecil. Dan bila dibedakan menurut rotasinya, umumnya terdapat dua jenis motor servo yang dan terdapat di pasaran, yaitu motor servo rotation 180 dan servo rotation continuous.
·         Motor servo standard (servo rotation 180) adalah jenis yang paling umum dari motor servo, dimana putaran  poros outputnya terbatas hanya 90 kearah kanan dan 90 kearah kiri. Dengan kata lain total putarannya hanya setengah lingkaran atau 180.
·         Motor servo rotation continuous merupakan jenis motor servo yang sebenarnya sama dengan jenis servo standard, hanya saja perputaran porosnya tanpa batasan atau dengan kata lain dapat berputar terus, baik ke arah kanan maupun kiri.

Motor servo dikendalikan dengan memberikan sinyal modulasi lebar pulsa (Pulse Wide Modulation / PWM) melalui kabel kontrol. Lebar pulsa sinyal kontrol yang diberikan akan menentukan posisi sudut putaran dari poros motor servo. Sebagai contoh, lebar pulsa dengan waktu 1,5 ms (mili detik) akan memutar poros motor servo ke posisi sudut 90. Bila pulsa lebih pendek dari 1,5 ms maka akan berputar ke arah posisi 0 atau ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam), sedangkan bila pulsa yang diberikan lebih lama dari 1,5 ms maka poros motor servo akan berputar ke arah posisi 180 atau ke kanan (searah jarum jam). Lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar 2.1.3.3 : Grafik Alur Servo
Ketika lebar pulsa kendali telah diberikan, maka poros motor servo akan bergerak atau berputar ke posisi yang telah diperintahkan, dan berhenti pada posisi tersebut dan akan tetap bertahan pada posisi tersebut. Jika ada kekuatan eksternal yang mencoba memutar atau mengubah posisi tersebut, maka motor servo akan mencoba menahan atau melawan dengan besarnya kekuatan torsi yang dimilikinya (rating torsi servo). Namun motor servo tidak akan mempertahankan posisinya untuk selamanya, sinyal lebar pulsa kendali harus diulang setiap 20 ms (mili detik) untuk menginstruksikan agar posisi poros motor servo tetap bertahan pada posisinya.
2.1.4             POTENSIOMETER
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.
Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.    Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2.    Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply.
3.    Sebagai Pembagi Tegangan.
4.    Aplikasi Switch TRIAC.
5.    Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser.
6.    Sebagai Pengendali Level Sinyal.

2.1.5             Breadboard
Project Board atau yang sering disebut sebagai BreadBoard adalah dasar konstruksi sebuah sirkuit elektronik dan merupakan prototipe dari suatu rangkaian elektronik. Di zaman modern istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada jenis tertentu dari papan tempat merangkai komponen, dimana papan ini tidak memerlukan proses menyolder ( langsung tancap ).
Gambar 2.1.5.1 : Project Board
Karena papan ini solderless alias tidak memerlukan solder sehingga dapat digunakan kembali, dan dengan demikian dapat digunakan untuk prototipe sementara serta membantu dalam bereksperimen desain sirkuit elektronika. Berbagai sistem elektronik dapat di prototipekan dengan menggunakan breadboard, mulai dari sirkuit analog dan digital kecil sampai membuat unit pengolahan terpusat (CPU). Secara umum breadbord memiliki jalur seperti berikut ini :
Gambar 2.1.5.2 : Alur Arus Breadboard

Penjelasan :
·      Pasang jalur Atas dan bawah terhubung secara horisontal sampai ke bagian tengah dari breadboard. Biasanya jalur ini digunakan sebagai jalur power atau jalur sinyal yg umum digunakan seperti clock atau jalur komunikasi.
·      5 lobang komponen di tengah merupakan tempat merangkai komponen. Jalur ke 5 lobang ini terhubung vertikal sampai bagian tengah dari breadboard.
·      Pembatas tengah breadboard biasanya digunakan sebagai tempat menancapkan komponen IC.
2.1.6                  Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang memang didesain memiliki dua kutup yang nantinya dapat digunakan untuk menahan arus listrik apabila di aliri tegangan listrik antara kedua kutub tersebut. Resistor biasanya banyak digunakan sebagai bagian dari sirkuit elektronik. Tak cuma itu, komponen yang satu ini juga yang paling sering digunakan di antara komponen lainnya. Resistor adalah komponen yang terbuat dari bahan isolator yang didalamnya mengandung nilai tertentu sesuai dengan nilai hambatan yang diinginkan. Berdasarkan hukum Ohm, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir :
Bentuk dari resistor sendiri saat ini ada bermacam-macam. Yang paling umum dan sering di temukan di pasaran adalah berbentuk bulat panjang dan terdapat beberapa lingkaran warna pada body resistor. Ada 4 lingkaran yang ada pada body resistor. Lingkaran warna tersebut berfungsi untuk menunjukan nilai hambatan dari resistor.
Gambar 2.1.6.1 : Resistor
Karakteristik utama resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Sementara itu, karakteristik lainnya adalah koefisien suhu, derau listrik (noise) dan induktansi. Resistor juga dapat kita integrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit, bahkan bisa juga menggunakan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki resistor tergantung pada desain sirkuit itu sendiri, daya resistor yang dihasilkan juga harus sesuai dengan kebutuhan agar rangkaian tidak terbakar.
Kode Warna Resistor pertama kali ditemukan pada tahun 1920 yang kemudian dikembangkan oleh perkumpulan pabrik radio di Eropa dan Amerika RMA (Radio Manufacturers Association). Pada era 1957, kelompok ini sepakat untuk berganti nama menjadi EIA (Electronic Industries Alliance) dan menetapkan kode tersebut sebagai standar EIA-RS-279. Dalam aturan standar EIA-RS-279, telah ditetapkan 3 sistem kode warna, yaitu :
·           Sistem Kode Warna 4 Pita.
·           Sistem Kode Warna 5 Pita.
·           Sistem Kode Warna 6 Pita.
Gambar 2.1.6.2 :Kode Warna Resistor

Gambar 2.1.6.3 : Sistem Kode Warna 4 Pita
Sistem ini merupakan kode warna paling sering digunakan yang terdiri dari 4 pita warna yang mengelilingin badan resistor. Dua pita yang terdapat pada bagian depan merupakan informasi dua digit harga resistansi, sedangkan pita ketiga merupakan faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang di dalam resistor terdapat pita kelima yang berfungsi untuk menunjukan koefisien suhu, tetapi ini juga tergantung dari sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi.
Contoh :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Perak, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 0,56 Ω, dengan Toleransi 5%.

Gambar 2.1.6.4 : Sistem Kode Warna 5 Pita
Sistem kode warna ini banyak digunakan pada resistor presisi. Tiga pita pertama menunjukan harga resistansi, sedangkan pita keempat adalah pengali dan pita kelima adalah toleransi. Pada resistor yang memiliki 5 kode warna dengan pita keempat yang berwarna emas atau perak kadang di abaikan, karena hanya digunakan pada resistor lawas atau penggunaan khusus. Pita keempat adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien.
Contoh :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Hitam, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Perak. Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 5 Ω, dengan Toleransi 1%.
Gambar 2.1.6.5 : Sistem Kode Warna 6 Pita
Sistem kode warna satu ini terdapat 6 pita, dimana 3 pita pertama menunjukan nilai tahanan, pita keempat menunjukan perkalian desimal, pita kelima menunjukan nilai toleransi dan pita keenam menunjukan koefisien suhu.
Contoh :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
Pita ke-6 = Coklat.
Nilainya adalah 56,6 Ω, Toleransi 1%, Koefisien suhu 100 ppm / ºC
2.1.7                  LED (Light Emitting Diode)
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya.  Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube. Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)



BAB III
METODE
3.1    Prosedur Pembuatan Project
Prosedur mini project ini dilakukan sebagai acuan memulai pembuatan project
Start
Pengumpulan
Data
Persiapan
Pembuatan Miniatur
Program
Uji
Selesai
No
OK
 



















Bagan 3.1: Alur Pembuatan Project
3.2    Pembagian Tugas
Dari mini project yang kami buat maka kelompok kami yang beranggotakan 6 orang dibagi menjadi 3 divisi.
Divisi Design          : Hilman Mubarok
  Haris Munandar
Devisi Program       : Yusup Junaedi
Devisi Perakitan     : Fatkhul Muin
  Kaulum Ma’ruf
  Nur Arifin

Tugas dari devisi – devisi :
Devisi
Tugas
Devisi Design
Dari devisi ini bertugas untuk menyusun desain dan sistem dari mini project yang kami buat
Devisi Program
Bertugas untuk menyusun program arduino dan sistem instalasi kabel yang akan dipasang.
Devisi Perakitan
Bertugas untuk merakit miniatur yang sudah di desain atau diarahkan oleh devisi design.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1    Instalasi Sistem
Dari instalasi miniatur sistem kendali jembatan yang kami buat maka sistem instalasi dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah dengan beberapa komponen seperti arduino, breadboard, servo, sensor jarak, LCD, potensiometer, resistor dan LED.

Gambar 4.1 : Sistem Instalasi Sistem Kendali Jembatan

Dapat dilihat pada gambar bahwa servo memiliki 3 kabel, kabel hitam/coklat dihubungkan dengan GND, kabel merah dihubungkan dengan 5V dan kabel kuning dihubungkan dengan arduino pin 9. Pada sensor jarak memiliki 4 slot kabel, slot VCC dihubungkan dengan dengan 5V, slot GND dihubungkan dengan GND, slot trig dihubungkan dengan arduino pin 7, slot echo dihubungkan dengan arduino pin 6.
Pada LED merah memiliki 2 kaki, kaki yang lebih pendek dihubungkan dengan GND, sedangkan kaki yang lebih panjang dihubungkan dengan salah satu kaki resistor yang sudah dihubungkan dengan board, kaki resistor yang kosong dihubungkan dengan arduino pin 8. Sama halnya dengan LED merah, LED hijaupun memiliki instalasi yang sama tetapi LED hijau dihubungkan dengan arduino pin 10.
Pada LCD ada 16 pin atau slot dimana kita hanya memakai 12 slot yang ada, pada slot ke 1 dihubungkan dengan GND, slot ke 2 dihubungkan dengan 5V, slot ke 3 dihubungkan dengan slot tengah potensiometer yang sebelumnya kaki samping kiri potensiometer dihubungkan dengan 5V dan kaki kanan dihubukan dengan GND, slot ke 4 dihubungkan dengan arduino pin 12, slot ke 5 dihubungkan dengan GND, slot ke 6 dihubungkan dengan arduino pin 11, dari slot 11 – 14 dihubungkan dengan arduino dari pin 5 – 2, slot ke 15 dihubungkan dengan salah satu kaki resistor yang sebelumnya sudah dipasang pada board yang salah satu kakinya digabungkan dengan 5V, dan slot ke 16 dihubungkan dengan GND.

4.2    Program Arduino
Dari project sistem kendali jembatan yang kami buat maka disusunlah program arduino untuk mengendalikan komponen – komponen yang ada.
#include <LiquidCrystal.h>
#include <NewPing.h> //Library untuk Sensor Ultrasonic
#include <Servo.h> //Library untuk Servo
#define trigPin 7 //Set Trigger HCSR04 di Pin digital 7
#define echoPin 6 //Set Echo HCSR04 di Pin digital 6
#define MAX_DISTANCE 500 //Set jarak maksimal
NewPing sonar(trigPin, echoPin, MAX_DISTANCE);
int LEDhijau = 10, LEDmerah = 8; //Set Pin LED hijau dan LED merah
Servo myservo; //Buat object 1 buah motor servo
LiquidCrystal lcd(12, 11, 5, 4, 3, 2);
int pingPin = 7; //output 10us pulse to this pin
int inPin = 6; //measure return pulse width from this pin
long duration, inches, cm;
int indec, cmdec;
int inchconv = 147; // ratio between puls width and inches
int cmconv = 59; // ratio between pulse width and cm
String s1, s2;

// initialise LCD library and pins
void setup() {
  lcd.begin(16, 2);
  pinMode(pingPin, OUTPUT);
  pinMode(inPin, INPUT);
  Serial.begin (115200); //Kecepatan komunikasi serial
 pinMode(trigPin, OUTPUT); //Set pin Trigger sebagai output
 pinMode(echoPin, INPUT); //Set pin Echo sebagai input
 pinMode(LEDmerah, OUTPUT); //Set LEDmerah sebagai output
 pinMode(LEDhijau, OUTPUT); //Set LEDhijau sebagai output
 myservo.attach(9); //Set servo pada pin PWM 9
}

void loop()
{
  // Send a short LOW followed by HIGH pulse to Trigger input:
  digitalWrite(pingPin, LOW);
  delayMicroseconds(2);
  digitalWrite(pingPin, HIGH);
  delayMicroseconds(10);
  digitalWrite(pingPin, LOW);
  // read the length of the return pulse on Echo output
  duration = pulseIn(inPin, HIGH);
  // convert the time into a distance (non-floating point with decimals
  inches = microsecondsToInches(duration);
  indec = (duration - inches * inchconv) * 10 / inchconv;
  cm = microsecondsToCentimeters(duration);
  cmdec = (duration - cm * cmconv) * 10 / cmconv;
  s1 = String(inches) + "." + String(indec) + "in" + "     ";
  s2 = String(cm) + "." + String(cmdec) + "cm" + "     ";
  lcd.setCursor(0, 0); // print inches on top line of LCD
  lcd.print(s1);
  lcd.setCursor(0,1); // print cm on second line of LCD
  lcd.print(s2);
  delay(100);
 
  int duration, jarak,posisi=0,i;
 digitalWrite(trigPin, LOW);
 delayMicroseconds(2);
 digitalWrite(trigPin, HIGH);
 delayMicroseconds(100);
 digitalWrite(trigPin, LOW);
 duration = pulseIn(echoPin, HIGH);
 jarak = (duration/2) / 29.1;
  Serial.print(jarak);
  Serial.println(" cm");

if(jarak<=10) // Jarak (Cm) dapat anda sesuaikan

 {

   digitalWrite(LEDhijau, HIGH); //LEDhijau hidup
   digitalWrite(LEDmerah, LOW); //LEDmerah mati
   myservo.write(0); //Posisi servo pada 0 derajat
   delay(6000); //Delay
  }

 if (jarak>=10){ //Jika jarak lebih dari yang ditentukan
   digitalWrite(LEDmerah, HIGH); //LEDmerah hidup
   digitalWrite(LEDhijau, LOW); //LEDhijau mati
   myservo.write(90); //Posisi servo pada 90 derajat
 }
}

long microsecondsToInches(long microseconds)
{
  return microseconds / inchconv;
}

long microsecondsToCentimeters(long microseconds)
{
  return microseconds / cmconv;
}

BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Dari project yang kami jalankan maka sistem yang dijalankan ketika sensor jarak mendeteksi benda pada jarak kurang dari 10 cm maka servo akan bergerak dengan delay 6 detik.



DAFTAR PUSTAKA




LAMPIRAN 1


LAMPIRAN 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar